Wednesday, June 21, 2006 

Horee…aku kembali…

Walau hanya satu minggu waktu yang bisa kukais
Namun…asal bertemu dengan dirimu…
Bergerak denganmu…
Tak peduli berapa banyak angkara…
Banyak curiga…
Tak ada yang harus disesali…
Karna..aku..dirimu dan mereka…
Memang takkan pernah tahu suratan
Hanya harus berada pada pilihan
Jangan pernah menyalahkan cinta
Meskipun mereka akan menguburku
Nyalakan saja lilin-lilin kecil
di teras hati ini agar
aku mampu melihat jalan yang kupilih
biar pedih rasanya
Jagalah cahayanya agar aku
takkan pernah senang akan gelap

 

Selintas Perjalanan

Dalam diam.. dalam sepi.. dalam kesendirian...
Ku lihat gunung.. laut.. perahu
Terlintas keagungan.. kesabaran.. keberanian...
Dalam selintas perjalanan ini
Smoga aku takkan terseret menuju kolam susu

 

Ayah...Ibu

Ibu... anakmu tahu begitu banyak rintangan yang tlah kau tempuh
Lewati batu hingga kakimu terluka, demi aku
Kasihmu sepanjang hayat, tak mampu ku balas
Ayah... anakmu tahu bahwa ribuan kilo tlah kau tempuh
Lewati gunung hingga dahaga menyerang, demi aku
Namun, saat nurani menggiring tubuh ini jauh darimu...
Tolong...tolong...jangan kita saling menyakiti
karna kita kan mati
Genggamlah daku kini hingga nanti
dalam nada-nada doa yang kau panjatkan
Aku sadar kalau kita akan slalu bertemu...
dalam doa...
Ijinkanlah aku untuk membuktikan kasih untukmu
dengan kesederhanaan...dengan karya bagi sejuta umat...

 

Pahlawan Bertopeng

Suatu waktu aku bertemu dengan seorang pahlawan bertopeng.
Dia menyelamatkanku dari cara pandang yang salah dalam menyikapi kebenaran yang aku yakini. Dulu...saat pertama kali aku memperoleh sedikit pengetahuan tentang baik dan buruk maka hatiku kontan menjadi begitu narrow minded. Ketahuan yang terlampau sedikit dengan hati yang begitu sombong ternyata begitu berbahaya. Bagaimana tidak, waktuku pun terbuang hanya dengan mengikrarkan kebaikan-kebaikan yang begitu aku paksakan kepada orang lain untuk mengamininya. Aku kehilangan kedekatan terhadap teman-teman yang aku anggap begitu hedon, padahal tanpa aku sadari akupun begitu materialistis.
Hingga...datanglah seorang pahlawan bertopeng yang menamparku dengan menantang egoku untuk berdiri di atas akal sejati. Topeng itu menyembunyikan wajahnya yang begitu mencintai apa yang harus dicintai dengan caranya yang hakiki. Dia menyatakan bahwa kebenaran yang aku yakini bukanlah satu-satunya kebenaran yang dimiliki oleh aku dan komunitasku seorang. Kebenaran memiliki nilai universal yang dapat membedakan baik dan buruk. Komunitas yang terbentuk bukanlah polisi kebenaran yang lantas harus menghukumi orang lain diluar dari komunitasnya. Manusia memiliki kemerdekaan individu yang masing-masing akan dia pertanggungjawabkan. Terhadap siapa ??...Tuhan bagi yang mengakuinya dalam persepsinya masing-masing ...hati bagi diri yang percaya akan intuisi...masyarakat yang seringkali mendapatkan akibat dari pilihan kemerdekaan diri.
Apa yang kamu yakini sebagai sebuah kebenaran mungkin bukanlah kebenaran buat yang lainnya...(nyontek lagu dewa)

 

Slamat tinggal Makassar, sampai jumpa lagi !!

Hari ini telah tiba...
Saat aku harus mengangkat koper dan...
Weeyy...ragaku sudah tak disini...
Dadaag….apakah jiwaku masih bisa ku penggal ???
Kupercayakan mimpiku…citaku…dan cintaku…padamu…
Perkenalan kita begitu singkat...
dan saat hati mulai mencintai...
aku harus pergi...!!!
Disini...aku merasakan kebebasanku...
untuk berkarya...berdosa...bercinta...
Darimu...aku temukan hidupku...
sekarang...demi mewujudnya cinta yang lain...
aku pamit untuk pergi, karna...
begitu banyak cinta yang harus diakomodasi...
Slamat tinggal Makassar, sampai jumpa lagi !!

mE



  • ~**dien kurtanty**~




Links





suit...suit... :)

    by wdcreezz.com

    Name

    Email/URL

    Message