« Home | Rindu II » | 30 November 2006, Pukul 6.30 pagi » | Kartini yang menuliskan sejarahnya » | Short Message Send in the Morning » | Kau Masih Sahabatku » | Rindu I » | Horee…aku kembali… » | Selintas Perjalanan » | Ayah...Ibu » | Pahlawan Bertopeng » 

Monday, December 18, 2006 

DarI rEnungaN yang terserak

I
Suatu hari saya menghadiri sebuah acara dari suatu perusahaan networking di satu gedung besar di Jakarta. Hampir semua pesertanya berbusana rapi. Acara ini dipenuhi dengan suara musik yang gegap gempita yang konon katanya kesuksesan manusia diiringi oleh irama rock and roll. Satu persatu motivator naik ke atas panggung untuk menceritakan kisah kesuksesan mereka. Menurut orang yang berada di sebelahku, mereka ini adalah calon milyader Indonesia. Bagaimana tidak, mereka merupakan orang-orang muda yang memiliki penghasilan lebih 20juta per bulan yang mereka sebut sebagai passive income. Wajar, jika kemudian para motivator ini begitu tereksitasi untuk memotivasi para pendengarnya agar bersemangat menjalankan bisnis ini. Menurut cerita, perjuangan mereka tidaklah mudah. Mereka harus mengalami masa dimana mereka ditolak dan diejek dengan pilihannya. Namun, mereka berhasil menjadikan itu sebagai motivasi untuk bangkit. Menurut saya, semangat itu perlu untuk saya duplikasi…semangat untuk tidak menyerah pada keadaan. Namun, ditengah-tengah suara lantang mereka, ada kalimat yang membuat saya merasa tidak nyaman. Banyak dari orang-orang itu yang mengatakan “ untuk apa kita susah-susah sekolah..akhirnya kita hanya menjadi pengangguran atau menjadi pekerja seumur hidup kita dengan meluangkan sedikit waktu untuk orang-orang yang kita cintai walaupun akhirnya kita tetap tidak dapat memiliki mobil mewah, kapal pesiar atau bahkan hanya sekedar berkeliling ke luar negeri…Berbeda dengan di bisnis ini, 2 tahun bekerja keras maka kita mampu menjemput mobil mewah impian kita..bla..bla..bla”. Semua orang bertepuk tangan dan jadi semakin bersemangat. Saya jadi bertanya dalam hati apakah sekolah selama ini telah memberikan paradigma yang salah dalam menilai fungsi sekolah terhadap masyarakat kita?? Mungkin sekolah selama ini lupa untuk mengajarkan kita bagaimana caranya menjadi bangsa yang mandiri dan berjiwabesar serta lupa membelai kita dengan cerita nyata tentang orang-orang yang begitu gigih dan bersih dalam menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan di muka bumi. Mungkin sekolah lebih banyak mendongeng tentang kehidupan istana dan menjual mimpi kemewahan kepada muridnya, sehingga, saat mimpi tidak kunjung datang merekapun menjadi marah. Tapi, semua ini bukanlah kesalahan sekolah semata. Sistem yang besar di luar jarang memberikan apresiasi terhadap nilai-nilai kejujuran, keadilan bahkan kepedulian terhadap orang lain. Ia lebih kepada pengapresiasian terhadap kebohongan yang telah di-modernkan. Sehingga, ada banyak orang yang meng-opinikan sukses sebagai catatan panjang barang-barang mewah yang telah dimiliki.
Dalam sistem telah disebutkan untuk menjamin kesejahteraan manusia yang hidup di bumi ini. Pada kenyataannya, banyak orang yang berada di bawah garis kesejahteraan walaupun telah bekerja keras. Sehingga, banyak orang yang merasa hak-haknya telah diperkosa oleh pekerjaannya. Merekapun menjadi sangat tidak bahagia dalam bekerja. Namun, saya masih dapat bertemu dengan orang-orang yang bekerja dengan cinta. Mereka inilah yang bekerja secara benar dan jujur untuk kesejahteraan masyarakat yang tidak mendapat tempat di buminya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang menganggap kesuksesan sebagai runtutan dari serangkaian langkah kecil demi perubahan sosial. Orang-orang ini bekerja dan terus bekerja tanpa peduli adanya kemungkinan untuk tidak mendapatkan reward berupa mobil mewah atau kemewahan lainnya. Justru mereka telah lama menjual kemewahan yang mereka miliki. Semua berusaha menjalani fungsinya sebagai manusia sesuai dengan gambaran kebahagiaan yang mereka persepsikan.
Terkadang, hidup di dunia mengharuskan kita untuk menulikan telinga. Menulikan telinga dari teriakan-teriakan negative yang dapat menggoyahkan keyakinan kita terhadap pilihan-pilihan mimpi yang telah kita susun.


II
Dalam sebuah angkutan umum yang saya tumpangi dari Cikarang-Bekasi, terdengar bincang-bincang dua orang bapak yang begitu bersemangat. Perjalanan 45 menit ini diiringi oleh keluh kesah mereka tentang realitas kehidupan sehari-hari yang seringkali menyakitkan. Masih terlalu pagi untuk menaaskan hidup, pikir saya. Salah satu perbincangan mereka yang dapat saya curi dengar adalah keluhan mereka tentang mahalnya kesehatan. Ya..banyak orang yang menyadari bahwa kesehatan itu menjadi begitu mahal ketika mereka telah menjadi sakit. Namun, pernahkah kita memikirkan tentang konsep sehat sebelum sakit?? Pernahkah kita berpikir perangkat-perangkat apa yang menggiring kita pada keadaan sakit??
Ada banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, dan lingkungan merupakan salah satu faktor yang utama. Ketidakseimbangan alam telah mengakibatkan ketidakseimbangan sistem mikro dalam tubuh manusia, karena manusia ibarat gambaran kecil dari alam ini. Dan lingkungan selama ini telah dibangun dalam sistem politik yang salah dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat menghancurkan ekosistem dan berdampak pada kesehatan. Hal ini bukanlah pengetahuan baru bagi kita, namun juga merupakan hal yang sulit untuk dilakukan perubahan. Begitu banyak aset daerah dijual dengan mengatasnamakan pembangunan dan ini mengakibatkan efek yang sangat besar. Pembangunan lebih banyak diwarnai dengan industrialisasi besar-besaran yang mengakibatkan eksploitasi dan pembukaan lahan yang besar pula. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari kejadian ini yaitu berkurangnya mineral-mineral yang terkandung di dalam tanah. Mineral sangat berguna bagi kelangsungan metabolisme tubuh. Tidak sedikit penyakit-penyakit yang dapat timbul akibat dari gangguan metabolisme.
Selain adanya kekurangan nutrisi, sel pun harus disibukkan dengan berbagai macam zat radikal bebas hasil dari pencemaran udara dan berbagai macam bakteri maupun virus yang bermutasi guna mempertahankan diri dari lingkungannya. Saya seringkali menjumpai seorang anak kecil berumur 2-3 tahun dengan catatan kesehatan yang panjang akibat penyakit-penyakit infeksi terutama Infeksi Saluran Nafas Akut sewaktu masih bekerja di sebuah daerah yang lahannya banyak di buka sebagai lahan pertambangan dan industri. Maka, kita bisa memprediksikan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi 10-15 tahun ke depan. Mungkin, bukan hanya penyakit TBC yang semakin sulit untuk dieliminasi, tetapi besar kemungkinan juga terjadi peningkatan penyakit keganasan pada paru. Hal ini berakibat besarnya angka kematian pada usia produktif dan terjadilah lost generation pada Negara ini. Jadi..bagaimana cara kita agar tidak terjadi bencana ini??

mE



  • ~**dien kurtanty**~




Links





suit...suit... :)

    by wdcreezz.com

    Name

    Email/URL

    Message